HARGA : 6JUTA
HUB : l imam
ALAMAT : ceper klaten
HP :081917081176
Burung Punglor (Zootheria Citrina) yang tergolong Vertebrata marga Zootheria, bangsa passeriformes, suku Turdidae, dan kelas Aves ini memiliki bulu yang indah. Habitat Punglor adalah hutan sekunder dataran rendah dan dataran yang memiliki ketinggian hingga 900 M di atas permukaan air laut.
Di wilayah Sleman, burung yang bersuara merdu ini berhabitat kebun Salak Pondoh. Dengan makanan utama cacing tanah dan kumbang (uret), Punglor merupakan predator bagi hama tanaman Salak Pondoh.
Cucak rawa adalah sejenis burung pengicau dari suku Pycnonotidae. Burung ini juga dikenal umum sebagai cucakrawa (dalam bahasa Jawa dilafazkan sebagai [cucaʔ rɔwɔ]), cangkurawah (Sunda), dan barau-barau (Melayu). Dalam bahasa Inggris disebut Straw-headed Bulbul, mengacu pada warna kepalanya yang kuning-jerami pucat. Nama ilmiahnya adalah Pycnonotus zeylanicus (Gmelin, 1789).
Burung yang berukuran sedang, panjang tubuh total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 28 cm.
Mahkota (sisi atas kepala) dan penutup telinga berwarna jingga- atau kuning-jerami pucat; setrip malar di sisi dagu dan garis kekang yang melintasi mata berwarna hitam. Punggung coklat zaitun bercoret-coret putih, sayap dan ekor kehijauan atau hijau coklat-zaitun. Dagu dan tenggorokan putih atau keputihan; leher dan dada abu-abu bercoret putih; perut abu-abu, dan pantat kuning.
Iris mata berwarna kemerahan, paruh hitam, dan kaki coklat gelap.
Seperti namanya, cucak rawa biasa ditemukan di paya-paya dan rawa-rawa di sekitar sungai, atau di tepi hutan. Sering bersembunyi di balik dedaunan dan hanya terdengar suaranya yang khas.
Suara lebih berat dan lebih keras dari umumnya cucak dan merbah. Siulan jernih, jelas, berirama baku yang merdu. Kerap kali terdengar bersahut-sahutan.
Di alam, burung ini memangsa aneka serangga, siput air, dan berbagai buah-buahan yang lunak seperti buah jenis-jenis beringin.
Menyebar di dataran rendah dan perbukitan di Semenanjung Malaya, Sumatra (termasuk Nias), Kalimantan, dan Jawa bagian barat. Di Jawa Barat terdapat sampai ketinggian 800 m dpl., namun kini sudah sangat jarang akibat perburuan.
Merupakan salah satu burung yang sangat digemari orang sebagai burung peliharaan, karena kicauannya yang merdu. Di Jawa, burung ini sudah sangat jauh menyusut populasinya karena perburuan yang ramai sejak tahun '80an.
Burung-burung yang diperdagangkan di Jawa kebanyakan didatangkan dari Sumatra dan Kalimantan. Kini di banyak bagian Pulau Sumatra (misalnya di Jambi, di sepanjang Batang Bungo) pun populasinya terus menyurut. Collar dkk. (1994, dalam MacKinnon dkk. 2000) menggolongkan populasi cucak rawa ke dalam status rentan. Demikian pula IUCN menyatakan bahwa burung ini berstatus Rentan (VU, Vulnerable). Uraian status konservasi yang lebih rinci dapat dilihat pada situs IUCN di bawah.
Jika tidak ada langkah penyelamatan yang lebih baik dari sekarang, barangkali beberapa tahun ke depan burung ini hanya tinggal kenangan; tinggal disebut-sebut dalam nyanyian seperti dalam lagu Manuk Cucakrowo di Jawa.
Bagi masyarakat Indonesia, burung termasuk hewan yang paling digemari untuk dipelihara. Lihat saja, hampir di setiap kota pasti terdapat pasar burung yang selalu ramai didatangi pembeli. Bahkan, menurut sebuah survei, satu dari lima rumah tangga pasti memelihara burung.
Salah satu burung yang paling digemari untuk dipelihara adalah murai batu. Jika mendengar nama akhir yang disandangnya, berkesan sesuatu yang keras dan tidak nyaman. Namun, jika mendengar kicauannya, suara murai batu sangat merdu dan empuk di telinga. Inilah yang membuat para penggemarnya berlomba-lomba mendapatkan murai batu dengan kualitas suara paling baik.
Banyak cara yang dilakukan para penggemar murai batu untuk mendapatkan kualitas suara paling baik. Ada yang memberikan makan tidak hanya kroto, tetapi juga jangkrik, agar suaranya nyaring. Mereka juga memberikan pelatih suara berupa burung kicau jenis lain, atau kaset suara burung berkicau. Mereka juga tidak pernah lupa menjemur dan memandikan burung. Pokoknya, apa pun mereka lakukan asalkan burung murai mereka berkicau dengan riang.
Murai batu digemari pencinta burung karena kemampuannya mengeluarkan suara yang indah dan sangat beragam. Murai batu banyak ditemukan di berbagai daerah di Indonesia, terutama di Sumatera, Kalimantan, sebagian Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Murai batu yang berasal dari Sumatera disebut murai batu medan dan murai batu lampung. Murai batu yang berasal dari Kalimantan disebut murai batu malaysia, sedangkan yang dari Jawa disebut burung larwo.
Murai batu (Copychus malabaricus) adalah anggota keluarga Turdidae. Keluarga Turdidae dikenal memiliki kemampuan berkicau yang baik dengan suara merdu, bermelodi, dan sangat bervariasi.
Ciri umum semua jenis murai batu adalah ekornya, yang merupakan bagian paling dominan karena panjangnya melebihi ukuran badannya. Kepala, leher, dada bagian atas, dan paruhnya berwarna hitam berkilau. Badan bagian bawah berwarna cokelat kemerahan. Panjang badan untuk betina 22 cm, sedangkan untuk jantan mencapai 28 cm.
Menurut buku Murai Batu (Redaksi Agromedia), murai batu medan memiliki nilai jual paling tinggi. Ini dikarenakan baik penampilan fisik maupun kualitas kicauannya jauh di atas murai batu lainnya. Jika diilustrasikan, variasi kicauan murai batu medan adalah a, b, c, …, o. Setelah menyelesaikan kicauan sampai variasi o, murai batu medan dapat berkicau lagi dari variasi f, g, atau bahkan j, dan tidak mengulang lagi dari a. Sedangkan murai batu lampung, misalnya, dia mempunyai variasi yang lebih pendek, dan akan diulang terus-menerus. Kemampuan murai batu medan inilah yang membuat murai batu medan saat ini langka di hutan-hutan Sumatera karena banyak yang ditangkap.
Murai batu sering dianggap sebagai lambang pemersatu keluarga karena sifatnya yang monogami. Seekor murai jantan akan mematuk hingga mati betina lain yang masuk ke kandangnya. Dia ingin memastikan, hanya pasangannya saja yang menjadi ratu di kandangnya.
”Memelihara murai batu ini sebenarnya paling enak. Kita bisa mengatur sendiri kapan burung ini berkicau, kapan dia harus diam. Jika kita ingin mendengarkan kicauannya, jemurlah dia dan dekatkan dengan burung jantan yang lain. Dia pasti akan berkicau. Tetapi, kalau ingin tenang, kita matikan saja lampu atau tutup kandangnya dengan kain. Jika gelap, dia akan diam,”
sumber dari : http://www.kompas.com/kompas-cetak/0602/19/keluarga/2442991.htm